­
­

Gue dan Indonesia

By Rhizia Syifa Fauziyah - November 27, 2016

Pernah gak, lo berpikir tentang negara lo sendiri? Simple nya ya lo bertanya, “Apa kabar Indonesia hari ini?”
Pernah gak lo kepo tentang, ada berita apa tentang Indonesia hari ini?
Pernah gak lo kepo tentang, gimana ekonomi negara lo sendiri?
Tentang kemajuan Indonesia di berbagai bidangnya.
Kebijakan-kebijakan apa yang kini sudah mulai dijalankan pemimpin negara-nya.
Pernah gak lo kepo tentang, gimana sih Indonesia di mata negara lain? Kerjasama antar negara?
Dan pernah gak lo berfikir tentang masa lalu negara kita sendiri hingga ia sekarang menjadi seperti ini?
Pernah gak lo tertarik untuk mendalami kisah politik di Indonesia?
Bagaimana kebenaran terkadang ditenggelamkan kekuasaan.
Dan pernah gak lo berpikir untuk membuat Indonesia berjalan ke arah yang lebih baik?

Akhir-akhir ini gue kepo. Banyak hal yang gue coba ingin tahu, setelah terkadang gue habis scroll, ngobrol atau nonton video yang bikin gue sadar bahwa kepedulian gue terhadap negara gue sendiri itu nilainya masih di bawah standar.

Gue jadi tertarik banyak hal. Ketika ada beberapa temen gue yang dengan semangatnya membahas kisah kelam politik Indonesia dan gue di sini masih bertanya? Emang ada apa sih? Itu siapa? Kronologinya gimana?

Ketika lo ketemu orang Asing dan dia bilang, “Indonesia sekarang mulai bergerak ekonominya. Indonesia juga punya hubungan baik dengan Bangladesh. Aku bisa mengunjungi Indonesia tanpa visa. Dan begitu pun kalian.”, sedang gue cuma bisa mikir, selama ini apa aja yang gue lakuin sampe gatau tentang hal itu? Jujur, gue malu.

Ditambah lagi ketika kejadian sama juga terulang, “Indonesia dan China punya project Speed Train,” dan gue lagi-lagi gak tau. Gue tambah malu.

Suatu ketika, pas hari pertama gue nyampe di Malaysia, malamnya gue ngobrol-ngobrol dengan 2 orang dari Bangladesh dan satu orang dari Sri Lanka. Hell-o, malunya mereka ngobrolin sesuatu yang terjadi di Sri Lanka dan gue gak bisa nimbrung gara-gara gue gak tahu masalahnya apa. Gue jadi kayak orang bego.

Dari sanalah muncul suatu motivasi, kalo yang di urusin tuh jangan diri lo sendiri. Lo udah dewasa. Di usia lo sekarang, seharusnya lo mulai peduli dengan sekitar lo, negara dan isu dunia. Wawasan yang luas itu perlu, men.

Buat yang duduk di bangku SMA yang dimana lo merasa useless atau gak ada minat buat belajar geografi atau sejarah, percaya sama gue, semua itu bekal wawasan buat lo semua. Gue jadi pengen kembali melahap, sedikit-dikitnya tau batas wilayah Indonesia, jumlah pulau, luas, jumlah penduduk, ataupun perjuangan Bung Karno, dan para pahlawan lainnya.

Susah. Gue tau, gue udah pernah nyoba untuk mulai membaca buku mengenai Soekarno, atau buku dari penulis besar Indonesia –Pramoedya Ananta Toer, tapi otak gue kayak masih cetek dan belum siap menerima semua itu. Tapi balik lagi, kalau gak di biasakan mana bisa?

Gue kagum sama sosok Pak Munir, dimana beliau berani membuka kebenaran dengan begitu lantang. Gue juga kagum sama orang-orang yang berani menyuarakan kebenaran dimana dalam waktu yang sama lo harus siap dengan resiko di baliknya. Masuk daftar hitam atau pun sampai di kejadian “penghapusan jejak” maupun perputaran keadaan dimana bisa aja lo yang jadi “tersangka”-nya.

Oke, mungkin politik menjadi bahasan yang terlalu berat bagi otak gue yang lebih suka berimajinasi. Tapi gue bisa mulai secara bertahap. Sejak kejadian 3 kali gue ketemu orang asing yang berkomentar tentang Indonesia, gue jadi gak mau ketinggalan informasi apa yang sedang terjadi di negara gue dan juga dunia. Kebijakan-kebijakan apa yang sedang di jalankan Indonesia. Bagaimana keadaan ekonomi Indonesia? Kerja sama apa yang sedang di jalankan dengan negara lain? Walaupun terkadang gue khilaf akan tujuan gue yang baru ini.

Sebenarnya, Indonesia punya potensi apa sih? Hal-hal apa saja yang menjadi income bagi Indonesia? Industri apa saja yang berhasil Indonesia kembangkan ke negara luar? Dan potensi besar yang sebenarnya juga bisa diraih Indonesia itu apa saja?

Hal simplenya adalah, ketika gue belajar pertanian di sini, gue jadi realize kalo Indonesia itu sebenarnya punya potensi banget buat mengembangkan ekonominya. Lahan kelapa sawit yang begitu luas serta hasil produksinya yang lebih unggul dari negara lain.

Indonesia punya lahan pertanian yang masih banyak, yang itu artinya Indonesia masih punya potensi yang sangat besar untuk mengembangkan produksi pertanian maupun mengoptimalkan produksinya. Beras, kedelai, hortikultura, perkebunan. Jujur, Indonesia sangat bisa menjadikan pertanian sebagai peluru utama. Dimana, di Malaysia masih perlu mengimpor beras (termasuk dari Indonesia) dan di sana lahan pertaniannya jauh lebih kecil daripada Indonesia. Juga China, yang mempunyai lahan pertanian sekitar 8% (Kalo gak salah, based on Sustainable Agriculture’s Lecturer, beliau juga dari China), tetapi hebatnya adalah China bisa menjadi penghasil beras tertinggi dunia. Dan China dengan populasi sebanyak itu masih bisa mengekspor hasil berasnya.

Maka, tugas kita di sini sebagai mahasiswa pertanian adalah: Bagaimana mengolah lahan pertanian dengan tidak hanya memikirkan private cost tetapi juga memikirkan social cost. Dimana, pertanian yang dijalankan di waktu yang sama dapat menghasilkan produk yang optimal juga tidak merusak ekologi dan masyarakat (Social).

Eh gue jadi curhat tentang pertanian nih, gapapa deh. Gue jadi keinget sesuatu ketika belajar Sustainable Agriculture. Karena jujur, asik sih, lecturernya, mudah dimengerti. Beliau bilang, satu hal yang menjadi kebiasaan di negara maju adalah, food waste. Dimana orang-orang zaman sekarang udah biasa mengorder makanan dengan sangat banyak tapi ternyata mereka tidak mampu menghabiskan makanan tersebut. Dokternya bilang, “Kalo kalian mau makan, satu hal aja. Selalu ingat bahwa di luar sana begitu banyak orang yang sangat menginginkan sesuap nasi. Sedangkan kalian di sini menghambur-hamburkan makanan.”






Setuju. Bener banget. Beruntung di zaman ini masih ada orang-orang yang mempunyai rasa kemanusiaan. Coba lihat beberapa tahun ke depan, apalagi jika negara ini sudah maju. Gue cuma berharap, kita ingat satu hal sederhana itu.
Dan..jika aja kita hitung berapa kerugian dari food waste dalam financial hasilnya bisa sampai berjumlah jutaan rupiah.




Di sini adalah gue pengen bahwa gimana caranya kita bisa memanfaatkan dan mengolah “lahan pertanian yang tersisa” di Indonesia dengan sebaik-baiknya sehingga bisa menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan negara. Ini PR banget.

Hal simpel lain adalah, ketika gue menjalankan praktikum di sini, gue menyadari satu hal bahwa fasilitas yang disediakan sangat jauh berbeda. Gue gak tau kalau di kampus Indonesia yang lain, tapi di kampus gue lahan pertanian untuk praktikum kurang terarah. Dan ini bikin otak gue berfikir bahwa “Ah gue harus ngasih usul ke kaprodi untuk masalah tersebut,”. Karena dengan fasilitas yag memadai, mahasiswa jadi bisa terjun langsung dalam praktiknya. Contohnya gue bisa langsung ngerasain panen kelapa sawit, sedangkan di kampus gue, kemarin cuma nyoba pengaplikasian pupuknya aja.

Satu hal lagi yang pengen gue ingetin adalah, bagi mahasiswa/i baru pertanian, jangan pernah nyesel masuk ke pertanian. Karena segala sesuatu yang Allah cipatakan itu pasti ada manfaatnya. Kalo lo ambil positifnya, lo bakal tau begitu banyak peluang dan manfaat belajar di pertanian.

Hal lainnya yang mau gue sampaikan adalah, kembali ke topik awal. Suatu hari, gue makan sama temen dari Malaysia dan dia bilang, “Masyarakat Indonesia itu nasionalismenya tinggi, tapi terkadang mereka gak tau tujuan dari nasionalisme itu sendiri,”.

Udah dua orang yang berkomentar seperti itu. Di sini lah gue lebih ingin mengenal mengenai negeri gue sendiri dan semakin ingin pergi lebih jauh untuk merantau. Karena gue pengen melihat Indonesia dari berbagai sudut pandang.

Ketika gue nanya ke temen dari China atau Jepang, “Lo tau Indonesia gak?”

Dan jawabannya ada yang tau ada yang enggak. Hal ini membuat lo ingin lebih berkarya lagi untuk membuat Indonesia dikenal dunia.

Kembali ke temen gue, ternyata dia kagum sama masyarakat Indonesia yang bisa kritis dan sistem demokrasi di negara kita. Dia kagum sama mahasiswa yang bisa menyuarakan suara rakyat. Karena ketika gue nanya, “di sini ada gak demo ke rektor gitu untuk masalah keuangan atau fasilitas dan lain sebagainya?”

Jawabannya ada. Tapi yang gak ada adalah orangnya. Organisasinya ada tapi orang-orang yang minat sedikit. Mahasiswa bisa saja menyuarakan suara rakyat tapi mereka lebih ke “belum siap” untuk merasakan daftar hitam atau hukuman dari kerajaan. Mereka ngiri kepada mahasiswa Indonesia yang bisa menyuarakan suara rakyat dan memiliki kepedulian terhadap negaranya. Oleh karena itu dia bilang, orang Indonesia punya nasionalisme yang tinggi.

Maaf untuk pembaca, mungkin anda harus kembali meriset hal ini, karena apa yang gue ceritakan hanya berdasar dari apa yang temen gue ceritakan. Gue gak tau menurut orang melayu lainnya mengenai hal ini. At least, semua punya kekurangan masing-masing.

Terus dia bilang, “Aku suka Jokowi,”. Gue tanya kenapa? Dia bilang, karena menurutnya, di bawah kepemimpinan Jokowi, Indonesia ada perubahan. So, guys, orang yang bukan warga negara Indonesia aja tau perkembangan tentang Indonesia? Masa lo sendiri yang asli berbangsa Indonesia gak tau? Yaudah, pertanyaan-pertanyaan itu sekarang jadi PR buat gue untuk lebih mengenal negara gue sendiri. Gak cuma negara sendiri, tapi negara lain juga di Bumi. Gue gak mau kalah dong. Dan gue gak mau jadi orang yang sok-sokan berkomentar, ikut protes, mengkritik apa yang terjadi di Indonesia atau negara lain tanpa asal-usul yang jelas. Ibaratnya, pengetahuan itu sendiri yang bakal bikin gue survive dari dunia yang semakin hari semakin bertambah kejam.

Banyak hal yang harus lo gali lagi tentang Indonesia, mulai dari hal kecil. Karena, sedikit kepedulian lo itu, bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.

Sekian curhatan kali ini, bye bye and good luck!


  • Share:

You Might Also Like

0 komentar