Sebelumnya di Part 3...
Ya,
sudahlah. Semuanya sudah jelas. Aku sudah bisa menebak ending ceritanya,
sekarang. Apa yang Bima lakukan itu ibarat sedang mendownload --- 99% dan
terputus begitu saja.
Kau benar. Lalu, apa yang akan kau
lakukan sekarang?
Entahlah.
Rasanya aku ingin menghilang dari dunia ini. Merestart hidupku dan kembali lagi
dengan perasaan yang tenang. Tapi, menghilang dari dunia ini rasanya mustahil.
Oh ya ada bagian yang belum ku ceritakan. Kau masih mau mendengarkanku kan?
Tentu
saja.
***
Jadi,
begini. Sejak aku merasa Bima sudah tidak ingin mengenalku lagi, aku tidak
pernah memikirkannya lagi. Maksudku, aku selalu mencoba untuk tidak
memikirkannya lagi. Kau tahu? Setelah aku berhasil menyibukkan diri, dan
mungkin ingatan tentang Bima sudah sedikit melebur, aku bermimpi. Aku tidak
tahu apakah mimpi itu harus kubilang mimpi buruk atau sebaliknya. Yang pasti,
aku kaget dengan kedatangan Bima di mimpiku. Mungkinkah aku merindukannya?
Kau..
kau.. kau memimpikannya? Itu, pasti karena kau merindukannya. Percayalah. Dan
mungkin, Bima juga masih sayang padamu.
Aih~
Aku tidak tahu kebenarannya. Dan masalah Bima masih sayang padaku, itu hanya
terjadi di mimpiku.
Dia
bilang apa padamu?
Di mimpi itu dia bilang, walaupun aku bersama
wanita lain tapi aku tetap sayang padamu, cinta pertamaku.
Tuh
kan! Apa aku bilang. Dia memang masih benar-benar menyayangimu. Walau itu hanya
mimpi, tapi aku yakin dia sengaja datang ke mimpimu untuk mengatakan hal itu.
Kau
ini ngaco. Mana mungkin bisa seperti itu. Mimpi itu hanya bunga tidur. Dan satu
yang kupercaya saat ini tentang mimpi itu, aku rindu Bima. Ya, Aku
merindukannya.
Oh
maafkan aku. Aku tidak bisa membantumu. Aku tahu kau sangat merindukannya jauh
di dasar hatimu. Aah~ Aku masih tidak percaya semua ini terjadi padamu.
Sudah
hentikan. Kau mau memancingku mengeluarkan ribuan butiran air mata? Aku sudah
tidak ingin menangisinya. Aku hanya ingin melupakan semua ini, tapi.. tapi ini
sulit. Sangat sulit. Walau aku sudah menyibukkan diri dan mulai lupa dengan
jejaring sosial, tapi jauh di dalam hatiku aku selalu merindunya.
Aku..
aku ingin menangis. Menangislah bersamaku, supaya kau bisa lebih tenang.
Biarkan air matamu mengalir kali ini.
Aiiih~
Kau jahat sekali! Kau membuatku benar-benar menangis. Aku.. aku tidak tahu
harus bagaimana lagi. L
Sudahlah,
lupakan dulu sejenak. Luapkan saja dengan air matamu.
Tapi,
aku tidak ingin mataku bengkak. L
Lalu
aku harus bagaimana? Ya sudah, mendingan kau bercerita lagi sekarang. Mungkin
itu akan membuatmu lebih baik daripada menangis. Menangisi Bima, tepatnya. Ceritamu
belum selesai kan?
Belum.
Baiklah, aku akan meneruskan ceritaku. *Ambil tisyu-ngelap air mata-buang
ingus*. Ceritaku memang belum selesai, dan sebentar lagi, kau akan mengetahui ending
ceritanya.
Cepatlah
bercerita. Jangan banyak basa-basi.
Oke..
oke. Detik selalu berganti menjadi jam. Dan jam pun selalu mengitari hari.
Hariku selalu berlalu seperti biasanya. Dipenuhi dengan kegiatan ekskul. Di
hari-hariku pula, aku selalu melihat Bima dengan Feby, mereka.. pasangan
serasi.
Mereka
sudah jadian?
Ya,
satu bulan yang lalu. Satu bulan kurang tepatnya. Aku senang, aku senang
melihat Bima selalu tersenyum, bahagia. Aku sudah tidak tahu lagi perasaanku
bagaimana saat tahu Bima bersama Feby. Teman-temanku sendiri selalu menanyakan
bagaimana hubunganku dengannya, dan aku selalu bilang hubunganku dengan Bima sudah
berakhir jauh sebelum ia menjadi pasangan Feby. Walau kudapat jawaban tidak
percaya dari teman-temanku, aku berterimakasih. Aku senang. Karena aku tahu
mereka care padaku. Tapi sudahlah, itu tidak penting.
Pada
tanggal 1 Juni, aku melihat Bima ada di mall bersama Feby. Sepertinya mereka menonton
film. Hmm, kau tahu apa yang aku fikirkan saat itu? Aku teringat dengan kencan
pertama kami. Walau pun aku mati-matian menyingkirkan ingatan itu dengan fokus
melihat lihat novel di gramedia, tapi kuakui, itu tidak berhasil. Aku pun
segera meninggalkan gramedia dan buru-buru pulang sebelum Bima melihatku.
Keesokan
harinya, jam pelajaran di kelasku kosong. Aku bercanda ria dengan teman-temanku
yang benar-benar gila. Aku tertawa sampai perutku sakit. Aku beri tahu ya,
kalau aku sudah bersama teman teman gilaku ini, kami akan menjadi geng gila
kronis stadium 4. Kegilaan kami itu sudah tidak ada batasnya lagi.
Di
tengah-tengah obrolan, aku pergi meminjam gitar pada temanku. Aku mulai
mengganti topik bahasan menjadi music. Aku bilang, aku ingin menyanyikan sebuah
lagu yang saat ini sedang kusukai. Aku mulai memetik gitar dan menyanyikan lagu
Ten2five – You.
You did it again
You did hurt my heart
I don’t know how many times
You… I don’t know what to say
You’ve made me so desperately in love
And now you let me down
You said you’d never lie again
You said this time would be so right
But then I found you were lying there by her side
You did hurt my heart
I don’t know how many times
You… I don’t know what to say
You’ve made me so desperately in love
And now you let me down
You said you’d never lie again
You said this time would be so right
But then I found you were lying there by her side
You.. You turn my whole life so blue
Drowning me so deep, I just can reach myself again
You.. Successfully tore myheart
Now it’s only pieces
Nothing left but pieces of you
Drowning me so deep, I just can reach myself again
You.. Successfully tore myheart
Now it’s only pieces
Nothing left but pieces of you
You frustated me with this love
I’ve been trying to understand
You know i’m trying i’m trying
You.. I don’t know what to say
You’ve made me so desperately in love
And now you let me down
I’ve been trying to understand
You know i’m trying i’m trying
You.. I don’t know what to say
You’ve made me so desperately in love
And now you let me down
(
TEN2FIVE – YOU )
“Put,
kau sedang patah hati ya?” Komentar temanku setelah aku selesai menyanyi.
Walaupun kami nyayi bersama2 tapi rupanya, ia memerhatikan aku menyanyi.
“Tidak.
Kata siapa? Kau lebay” Jawabku sambil tertawa
“Eh?
Jangan bohong put. Tadi, dimataku kau terlihat sedih. Menyanyikan lagu itu dari
hati.. dari hatimu yang paling dalam. Kau tidak apa-apa kan?” Jawabnya lagi
tidak mau kalah. Alhasil, semua temanku menatapku.
“Hmm,
sekarang sudah pukul 12 ya? Pantesan, Vira alaynya kambuh, rupanya waktu
kebangkitan alaynya sudah datang” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Aih~
kau ini!!!!!13235@#$@$q*&^bla bla bla bla” Vira terpancing dan kami semua
kembali dalam dunia gila kami.
*** BERSAMUNG ***
Terimakasih telah menyempatkan waktumu untuk membaca cerpenku! Aku harap, ceritanya tidak membosankan ♥☮:-)
0 komentar