Aku dan Suara Hatiku - 5 (End)

By Rhizia Syifa Fauziyah - Januari 25, 2013


Sebelumnya di Part 4...

“Put, kau sedang patah hati ya?” Komentar temanku setelah aku selesai menyanyi. Walaupun kami nyayi bersama2 tapi rupanya, ia memerhatikan aku menyanyi.
“Tidak. Kata siapa? Kau lebay” Jawabku sambil tertawa
“Eh? Jangan bohong put. Tadi, dimataku kau terlihat sedih. Menyanyikan lagu itu dari hati.. dari hatimu yang paling dalam. Kau tidak apa-apa kan?” Jawabnya lagi tidak mau kalah. Alhasil, semua temanku menatapku.
“Hmm, sekarang sudah pukul 12 ya? Pantesan, Vira alaynya kambuh, rupanya waktu kebangkitan alaynya sudah datang” Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Aih~ kau ini!!!!!13235@#$@$q*&^bla bla bla bla” Vira terpancing dan kami semua kembali dalam dunia gila kami.


Jadi, ending ceritanya bagaimana?
***

Sepulang dari sekolah, aku sempat melihat Feby masuk ke kelas Matematika, di dalamnya ada Bima yang sedang serius dengan laptopnya. Feby duduk disebelahnya, dan mereka pun mulai larut dalam keceriaan. Aku sendiri hanya lewat dan langsung menuju gerbang untuk pulang. Hari itu, aku sungguh bosan. Untuk menghilangkan kebosananku, aku masuk ke internet dan mulai browsing. Aku membuka facebookku yang sudah lama tidak kubuka. Ada beberapa pemberitahuan di sana. Aku hanya membuka dan mengabaikannya. Aku tidak mengupdate status atau yang sebagainya, aku hanya melihat-lihat profil orang lain dan salah satunya tentu saja Bima. Lama aku mengutak-ngatik facebook, satu pemberitahuan di pesan muncul. Aku kaget. Lebih tepatnya heran. Apa mungkin dari Bima? Aku mengklik tanda pemberitahuan itu, dan terteralah dengan jelas siapa yang mengirim pesan.
Feby?

Feby Lyshadirman
Hai Put, apa kabar? Maaf jika aku megganggu waktumu. Aku.. aku minta maaf. Tidak tahu kenapa, aku merasa sangat bersalah padamu sejak 5 menit yang lalu. Kau pasti bingung ya? Maaf jika aku sudah buat bingung. Untuk lebih jelasnya, kau harus buka e-mailmu. J

Maaf? Seingatku, aku jarang bertemu Feby. Aku segera membalas pesannya.

Putria Anindya
Hai juga Feb. Alhamdulillah baik, kau sendiri? Tumben sekali mengirim pesan :p
Ya, tentu saja aku bingung dengan kehadiranmu di pesan fbku, dan isinya sama sekali tidak masuk akal. Tapi sudahlah, aku ingin membuka emailku sekarang, kau sukses membuatku penasaran. J

Setelah tahu isi pesan dan membalasnya, aku tidak menunda waktu lagi untuk membuka email. Dan dari situlah semua kisahku ini, akan berakhir.

Hai.
To        : Putrianindya@yahoo.com

Hari itu, 05 April 2012 aku menyatakan perasaanku padanya. Orang yang sejak itu berlari-lari mencari tanda-tangan senior. Bernyanyi di lapangan upacara dengan riangnya, dengan suaranya yang merdu, dengan semangatnya yang tak akan pernah goyah bila diterjang badai sekalipun. Aku mencintainya. Aku mencintai apa yang ada dalam dirinya. Putria Anindya. Satu nama itu yang selalu menemani malamku. Tidak hanya malam, pagi – siang – malam, sepanjang waktu.

08 April 2012, aku mengajaknya jalan. Kencan pertama ini diisi dengan menonton film The Raid. Hari itu, aku sangat gugup dibuatnya. Aku sangat takut melontarkan kata, takut menyakiti hatinya, takut membuatnya malu, takut membuatnya tidak nyaman denganku. Jadi, kuputuskan untuk tidak banyak berbicara. Kau tahu? Saat bahagia adalah saat dimana aku menggenggam tangannya untuk pertama kali. Jantungku berdetak lebih keras dan cepat, dua kali lipat dari biasanya. Keringat dingin menjulur dari ujung rambut sampai ujung kaki, mungkin dia juga bisa merasakan tanganku mendingin. Dan saat dimana bahagia itu memudar adalah saat ia berkata “Apa kau tidak bisa melepaskan tanganku?” Aku tersadar, benar-benar baru tersadar, selama itukah aku menggenggam tangannya? Mungkinkah aku tidak ingin ia jauh dariku? Put, kau tahu? Aku selalu ingin menggenggam tanganmu. Aku tidak ingin melepaskannya walau hanya satu detik, sungguh.

Apakah.. apakah ini dari Bima? Mataku berkaca-kaca membacanya. Apa maksud semua ini? Aku.. aku tidak yakin bisa membacanya sampai tuntas.

Jam 22:00, aku menggenggam handphoneku. Aku benar-benar merasa malu dan bodoh karena hanya bisa mengirim satu pesan kepadanya. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan saat itu, ia pasti kecewa dengan apa yang aku lakukan. Beberapa hari ke depan, aku berhubungan dengannya. Sampai satu pesan yang kukira balasan dari Putri kubuka, aku tidak pernah menghubunginya lagi. Maafkan aku, tapi isi pesan itu kupikir lebih penting. Sahabat kakakku menyuruhku untuk mencintai adiknya, Feby. Aku tidak bisa menolak, karena Kak Ridho ini adalah salah satu orang yang berarti dihidupku. Ia pernah menyelamatkan nyawaku dari kecelakaan motor satu tahun lalu. Walau bagaimanapun aku berhutang budi padanya, dan mungkin dengan cara ini aku bisa membalas semuanya.

Aku mulai mendekati Feby di jejaring sosial, dan secara perlahan aku mencoba untuk melupakan Putri, menggantinya dengan mulai mencintai Feby. Tapi kau tahu? Ini terlalu sulit. Ini sangat sulit dari apa yang aku bayangkan. Aku tidak bisa. Setiap kupejamkan mata dan memulai untuk mencintai Feby, rasa itu selalu muncul. Rasa dimana pertama kalinya aku melihat Putri. Aku bingung dengan semua ini, di sisi lain aku ingin kembali. Tapi aku tahu, ini semua sudah terlambat. Aku pasti sudah menjadi abu di hati Putri.

Tidak! Sampai saat ini, bahkan untuk selamanya, dihatiku, masih ada namamu, Bima.

1 Juni 2012
Hari ini aku kencan bersama Feby, inilah 1 bulanku bersamanya. Kau tahu kami pergi ke mana? Kami menonton film dan makan. Sungguh, ini mengingatkanku pada kejadian itu. Aku sangat tersiksa dengan semua ini. Aku seperti dihantui bayangan Putri, saat pertama kali aku menggenggam tangannya, tertawa bersamanya, bercerita bersamanya, semua itu sangat aku rindukan. Sungguh, aku sangat rindu semua itu. Put, kau tahu? Aku selalu ingin menggandeng tanganmu, menggenggam tanganmu, mengajakmu mengikuti langkahku ke suatu tempat di mana hanya ada kita di sana, hanya ada bunga-bunga yang menjadi saksi cinta kita. Aku selalu ingin membuatmu tertawa, membuatmu tersenyum bahagia karenaku. Aku ingin kau menjadi seutuhnya milikku.

Aku sakit. Aku sakit dengan semua ini. Aku sakit ketika aku mendengar kau bernyanyi, nyanyian sedih karenaku. Aku benci dengan diriku. Aku benci dengan perasaan terpaksa ini, aku ingin menghentikannya. Tapi bagaimana? Aku tidak tahu dimana tombol merah untuk menghentikan semua ini. Aku hanya bisa mengetikkan kata demi kata di komputerku. Berharap suatu hari nanti kau akan tahu yang sebenarnya. Entah itu darimana atau bagaimana. Aku ingin kau tahu, perasaanku selama ini terhadapmu, tidak pernah berubah. Aku mencintaimu selamanya, Putri.

Regards

Bima


Aku tidak bisa menahan ribuan butiran air yang menumpuk di pelupuk mataku. Mataku terpejam. Dan air mataku mulai mengalir. Aku.. aku tidak percaya selama ini, ternyata Bima hanya berpura-pura? Bagaimana perasaan Feby? Pasti perasaannya sangat kacau. Dan.. apa maksud Feby mengirim ini? Apa dia ingin aku bersama Bima? Aih~ Apa yang harus ku lakukan saat ini? L

Sepertinya Tuhan memang sudang menyiapkan semua ini. Tepat setalah aku membaca email dari Feby, satu pemberitahuan email lain muncul. Aku mengklik tanda kotak masuk. Tertera dengan jelas siapa pengirimnya.

To        : Putrianindya@yahoo.com

Maaf jika selama ini, ternyata akulah penyebab retaknya hubunganmu dengan Bima. Tapi, kau tidak perlu khawatir lagi, aku sudah putus dengannya. Kembali. Kembalilah padanya. Dia sangat mencintaimu. Dia membutuhkanmu. Bima, membutuhkan Putri bukan Feby.

Tangisku semakin menjadi setelah aku selesai membaca e-mail dari Feby. Dia benar-benar? Benar-benar melakukan ini. Apa yang harus kubilang nanti jika aku bertemu dengannya atau Bima? Setelah diam beberapa detik, aku membalas email dari Feby.

To : Feby Lyshadirman
Maksudmu apa Feb?

To : Putria Anindya
Kau tahu jelas maksudku, Put.

To : Feby Lyshadirman
Bagaimana kau bisa tahu semua ini? Apa yang Bima lakukan padamu? Bima tidak menyakitimu kan?

To : Putria Anindya
Bima tidak melakukan apapun. Dia sama sekali tidak menyakitiku, tidak pernah Put. Aku tahu semua ini sendiri. Sepulang sekolah, aku menangkap basah tulisan asing di layar laptop Bima- seperti yang sudah kau baca tadi. Bimalah yang selama ini tersakiti olehku. Aku.. aku sendiri sama sekali tidak menyangka, latar belakang ia mencintaiku selama ini.. ternyata hanya karena balas budi. Hahaha~ miris sekali ya Put. Kalau boleh jujur, aku sedih membacanya, hatiku sangat sakit mengetahui kenyataan ini. Tapi aku sadar, selama ini kaulah yang lebih sakit.
Aku ini bukan perusak hubungan orang, Put. Aku tidak mau merenggut hak orang, kebahagian orang. Aku percaya, kau juga masih mencintai Bima. Benar begitu bukan? Aku ingin kaulah yang berada disampingnya. Dia akan lebih bahagia jika bersamamu, bukan aku. Jangan balas email ini lagi Put. Kau hanya perlu menemui Bima dan bilang kau masih mencintainya. Sekarang, pergilah ke luar, temui Bima. Tadi aku menyuruhnya menemuimu. Hehehe ;)

Bima ada di depan rumahku? Tanpa menunda waktu lagi, aku pergi melongokkan kepala keluar jendela dan menangkap seseorang sedang berdiri mematung. Kepalanya mendongak ke atas. Menatap lembut mataku. Ia, tersenyum.

Jantungku berdebar bukan main. Tapi itu mendorongku untuk langsung menemui Bima. Aku berlari menuju pintu depan, memutar gagangnya dan mataku bertemu mata Bima. Aku berjalan ke arahnya. Kami berdua terlihat kikuk. Mulutku beku. Terlalu kaku untuk memulai pembicaraan, bahkan untuk sekadar berkata ‘hi’. Hanya mataku dan matanya yang berbicara. Tanpa kata-kata pun, baik aku maupun Bima tampaknya sudah mengerti semua ini.
Sedetik, dua detik, aku merasakan tanganku tergenggam. Hatiku berdebar tak karuan. Tapi hatiku lebih berdebar lagi ketika melihat Bima mulai membuka mulut, ingin mengatakan sesuatu. Hatiku berdebar, menantikan suara yang sudah lama kurindukan. Tanpa sadar, aku menahan napas.

“Hai Put.” Bima tersenyum kikuk “Aku.. aku gugup sekali.” Bima menahan napas menantikan jawabanku.
Aku tersenyum karenanya, “Aku juga.”
“Kau habis menangis? Matamu sembab.” Aku menangkap nada khawatir di sana
“Ya, menangis bahagia. Karenamu.”
Bima terlihat bingung tapi akhirnya dia tersenyum juga.
“Aku sudah membaca diarymu. Tega sekali kau meninggalkanku dan menipu Feby.”
“Eh?” Wajahnya memerah, “Bukan begitu, aku..” Bima sepertinya ingin menjelaskan tapi ia bingung harus memulai darimana. Aku tersenyum melihatnya, Bima hanya menatapku.
“Aku sudah tau semuanya. Terimakasih. Kau akan selalu ada dihatiku, Bima. Sampai kapan pun.”
Bima tersenyum mendengarnya. “Aku mencintaimu Put. Selamanya.”
Seiring ucapan itu, tangannya semakin erat menggenggam tanganku. Aku tidak bisa menahan lagi kebahagiaan ini. Haru ini. Air mata menyimpul di sudut mataku. Tangan Bima bergerak kearahnya, dan mengusapnya lembut. Lalu dia memelukku erat.
“Jangan pernah meninggalkanku lagi, Bim.” Bisikku di telinganya.
“Tidak akan, Put. Tidak akan pernah. Aku janji.”

Lagi-lagi aku tersenyum hanya dengan 3 kalimat singkat itu. Tiba-tiba Bima mengangkat tubuhku dan membawanya memutar. Aku sedikit berteriak tapi langsung digantikan dengan tawa bahagia. Rambutku yang tergerai melambai-lambai ditiup angin. Wajahku merasakan hembusan angin, lembut, sejuk. Aku merentangkan kedua tanganku untuk lebih merasakan nikmat Tuhan, merasakan semilir angin yang berhembus menerpa wajahku. Dan yang kurasakan saat itu hanyalah rasa bersyukur.


Hoaaaaam, aku mengantuk! Ceritamu benar-benar panjang ya? Tapi aku senaaaang sekali melihat perubahan mukamu sekarang. Kau benar-benar bahagia ya waktu itu?


Sangat! Aku sangat bahagia sekali.  Untuk pertama kalinya, aku merasakan bahwa bahagia itu sederhana.


Nah sekarang, apakah tugasku sudah selesai? Aku ingin istirahat, seharian mendengarkan ceritamu yang bergitu bergelombang. Merasakan sakit, sedih, menangis tapi pada akhirnya berakhir dengan happy ending. Kau pintar sekali bercerita. Ku kira, ending ceritamu bakal menyedihkan.


Ya, begitulah. Terimakasih sudah mendengarkanku bercerita. Tapi, suatu hari nanti kau akan mau kan jika kusuruh untuk mendengarkan curhatanku?


Tentu saja! Aku ini kan suara hatimu. Kau akan selalu butuh aku. Dan aku siap untuk itu.


Aku dan suara hatiku akan selalu menyatu. Betul kan?


Tentu !

*** END ***

Terimakasih telah menyempatkan waktumu untuk membaca cerpenku! Aku harap, ceritanya tidak membosankan ☮:-) ありがとう。!!

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar